Selamat Datang di website Al Ibrohimy
Pendidikan STEM dalam Perspektif Islam
Pendidikan adalah kunci bagi kemajuan peradaban manusia. Dalam Islam, menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan muslimah. Al-Qur’an dan Hadist Nabi mempromosikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas, termasuk sains, teknologi, teknik (engineering), dan matematika (STEM).
STEM adalah pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan empat disiplin ilmu tersebut ke dalam suatu metode belajar berbasis kontekstual dan relevan. Dalam dekade terakhir, pendidikan STEM menjadi penting karena mampu menghasilkan tenaga kerja yang inovatif dan kompetitif dalam dunia yang semakin bergantung pada teknologi. Tetapi bagaimana perspektif Islam terhadap pendidikan STEM?
Pertama, perlu diingat bahwa Islam mendorong umatnya untuk menuntut ilmu. Hadist riwayat Al-Bukhari menyatakan, “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim.” Ini mencakup semua bentuk pengetahuan, termasuk STEM. Bahkan, dalam sejarah Islam, banyak ilmuwan Muslim yang berkontribusi pada perkembangan sains, teknologi, dan matematika, seperti Ibnu Sina dalam bidang kedokteran, Al-Khwarizmi dalam matematika, dan Ibnu al-Haytham dalam fisika.
Kedua, pendidikan STEM, jika dipahami dan diterapkan dengan benar, sejalan dengan prinsip Islam yang mengutamakan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Islam mengajarkan bahwa pengetahuan dunia harus digunakan untuk kebaikan dan manfaat umat manusia, serta meningkatkan pemahaman dan ketaqwaan kita kepada Allah. Misalnya, melalui ilmu sains dan teknologi, kita bisa menghargai keajaiban dan kerumitan ciptaan Allah.
Ketiga, pendidikan STEM juga dapat dilihat sebagai sarana untuk membangun kesejahteraan sosial (maslahah), salah satu tujuan syariah Islam. Teknologi dan inovasi yang dihasilkan oleh pendidikan STEM dapat digunakan untuk memajukan berbagai sektor, seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup umat manusia.
Namun, sejalan dengan pendekatan Islam terhadap pendidikan dan kehidupan, pendidikan STEM juga harus diselaraskan dengan nilai-nilai etika dan moral. Dalam hal ini, pendidikan STEM harus diarahkan untuk kebaikan dan tidak digunakan untuk tujuan yang merugikan manusia atau lingkungan. Sebagai contoh, dalam pengembangan teknologi, harus ada pertimbangan etika tentang dampak teknologi tersebut terhadap masyarakat dan lingkungan.
Selain itu, pendidikan STEM juga harus diimbangi dengan pendidikan karakter dan spiritual. Pendidikan Islam bukan hanya tentang pengetahuan intelektual, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan ketaqwaan kepada Allah. Dengan demikian, meskipun pendidikan STEM penting, itu tidak boleh mengesampingkan pendidikan agama dan moral.
Dalam perspektif Islam, pendidikan STEM dapat dilihat sebagai alat untuk mencapai tujuan yang lebih besar: mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang dunia ini dan mencapai kesejahteraan bagi umat manusia. Namun, seperti semua alat, penggunaannya harus dipandu oleh prinsip-prinsip etika dan moral yang diajarkan oleh Islam.
Untuk mewujudkan ini, pendidikan STEM dalam konteks Islam harus melibatkan kolaborasi antara para pendidik, peneliti, dan masyarakat. Mereka harus bekerja sama untuk menciptakan kurikulum dan metode pengajaran yang mencerminkan nilai-nilai dan prinsip Islam, sambil tetap memanfaatkan potensi pendidikan STEM untuk mendorong inovasi dan perkembangan. Pendidikan STEM dalam perspektif Islam bukanlah tentang mengorbankan kemajuan teknologi dan sains, tetapi tentang bagaimana memanfaatkannya dalam cara yang beretika dan berkelanjutan, sejalan dengan ajaran dan nilai-nilai Islam. Ini merupakan tantangan, tetapi juga kesempatan untuk menciptakan pendekatan pendidikan yang holistik dan relevan di abad ke-21.